Tugas PTI Modul,9,10
Pembagian
Kelas IPv4
Ibnu Gangga Setiawan
Pambudi
Jurusan Teknik
Informatika 2012
Institut Teknologi
Indonesia
Email :Ibnugangga@gmail.com
Abstract
Sebagai mahasiswa atau mahasiswi jurusan Teknik Informatika,
sangat dibutuhkan pemahaman mengenai pembagian kelas dalam protokol jaringan
TCP/IP(Transmission Control Protocol / Internet Protocol). Paper ini membahas
mengenai pembagian kelas – kelas IPv4.
Pendahuluan
Dalam
dunia komunikasi data komputer, protokol mengatur bagaimana sebuah computer
berkomunikasi dengan komputer lain. Dalam jaringan computer terdapat berbagai
macam protokol yang dapat digunakan tetapi agar dua buah computer dapat
berkomunikasi, keduanya perlu menggunakan protokol yang sama. Protokol
berfungsi mirip dengan bahasa. Agar dapat berkomunikasi harus berbicara dan
mengerti bahasa yang sama.
IP
(Internet Protocol) adalah protocol yang mengatur komunikasi data computer di
internet. Komputer-komputer yang terhubung ke internet berkomunikasi dengan
protocol ini. Untuk saat ini protokol jaringan yang digunakan adalah Internet
Protokol versi4 (IPv4), yang didalamnya terdapat kelas – kelas.
Kelas – kelas
Internet Protokol v4
Untuk pembagian kelas IP address standar
IPv4 terdiri atas 32 bit angka binary. Dapat disimbolkan dengan angka sebagai
berikut : Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi ke dalam dua
buah bagian, yakni:
1.
Network Identifier atau
Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk
mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada. Semua sistem di dalam
sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat Network identifier yang
sama. Network identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah internetwork.
Alamat Network Identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255.[2]
- Host Identifier atau Host
address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan
alamat host di dalam jaringan. Nilai Host Identifier tidak boleh bernilai
0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier di mana ia
berada.[2]
Ada 3
kelas address yang utama dalam TCP/IP, yakni kelas A, kelas B dan kelas C.
Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan
menguji beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan
dengan cara berikut
1). Kelas A
Kelas
A hanya menggunakan oktet pertama untuk menunjukkan ID jaringan dan menggunakan
tiga oktet yang lain untuk menunjukkan ID host.Bit high order (bit pertama dari
oktet pertama) pada kelas ini selalu diset menjadi 0 (nol).Karenan bit
high-order selalu diset 0,maka 7 bit sisanya menunjukkan ID jaringan.ID
jaringan 127 disediakan khusus untuk fungsi umpan balik adapter jaringan
sehingga kelas A mempunyai 126 alamat yang tersedia.
24
bit sisanya disediakan untuk penggunaan ID host dari alamat.Tersedia 16.777.214
atau (224) host per jaringan.Karena kelas address ini menyediakan
banyak host ID per jaringan,maka penggunaan kelas A di pruntukkan bagi
perusahaan yang membutuhkan penyediaan akses host dalam jumlah besar.Nomor pada
kelas A susah tinggal sedikit karena telah digunakan untuk jaringan
univerrsitas-universitas dan militer beberapa tahun lalu.
Contoh Kelas A :
Kelas Address
|
IP address
|
Komponen ID Jaringan
|
Komponen ID host
|
A
|
124.27.85.6
|
124
|
27.85.6
|
2.) Kelas B
Kelas
B menggunakan oktet pertama dan kedua untuk menentukan ID jaringan serta dua
oktet berikutnya untuk ID host.Bit high-order (dua bit pertama dari oktet
pertama) dari alamat kelas ini selalu diset menjadi 1 0 (satu-nol).Karena bit
high-order diset menjadi 1 0,maka 14 bit sisanya menentuka ID jaringan.14 bit
sisanya menyediakan 16.384 alamat jaringan.16 bit sisanya digunakan untuk
menyediakan ID host.Kelas B menyediakan 65.534 (216)-2 host per
jaringan.
Kelas
B disediakan unyuk jaringan berskala menengah sampai besar.
Contoh
kelas B :
Kelas Address
|
IP address
|
Komponen ID Jaringan
|
Komponen ID host
|
B
|
130.25.82.7
|
130.25
|
82.7
|
3.) Kelas C
Kelas
C menggunakan tiga oktet pertama untuk menetukan ID jaringan,sedangkan satu
oktet sisanya untuk ID host.Bit high-order (tigas bit pertama dari oktet
pertama) dari alamat kelas ini selalu diset menjadi 1 1 0
(satu-satu-nol).Karena bit high order diset menjadi 1 1 0,maka 21 bit sisanya
menunjukkan ID jaringan.21 bit menyediakan 2.097.152 alamat jaringan.
8
bit sisanya disediakan uktuk penggunaan ID host dari alamat.Tersedia 254 (28)-2
host per jaringan.Kelas address ini diperuntukkan bagi jaringan kecil yang
hanya memerlukan nomor host dalam jumlah terbatas.
Contoh
kelas C :
Kelas Address
|
IP address
|
Komponen ID Jaringan
|
Komponen ID host
|
C
|
192.29.88.7
|
192.29.88
|
7
|
Pentinganya
efisiensi pengunnaan dari IP adress yang tersedia telah memacu pembuatan skema
IP address yang baru disebut CIDR (Classless Inter-Domain Routing).CIDR
memungkinkan pengumpulan beberapa router menjadi satu organisasi khusus dengan
menggunakan beberapa kelas alamat Kelas C.CIDR juga memungkinkan
pendistribusian sebagian dari kelas yang besar (misal,Kelas A).CIDR tidak
mengena kelas IP address yang memakai bit high-order pada alamat,sebagai
gantinya digunakan variabel-length
network identifier yang hampir sama dengan sebnet mask.
Selain ke tiga kelas di atas, ada 2
kelas lagi yang ditujukan untuk pemakaian khusus, yakni kelas D dan kelas E.
Jika 4 bit pertama adalah 1110, IP Address merupakan kelas D yang digunakan
untuk multicast address, yakni sejumlah komputer yang memakai bersama suatu
aplikasi (bedakan dengan pengertian network address yang mengacu kepada
sejumlah komputer yang memakai bersama suatu network).
Salah satu penggunaan multicast address
yang sedang berkembang saat ini di Internet adalah untuk aplikasi real-time
video conference yang melibatkan lebih dari dua host (multipoint), menggunakan
Multicast Backbone (MBone). Kelas terakhir adalah kelas E (4 bit pertama adalah
1111 atau sisa dari seluruh kelas). Pemakaiannya dicadangkan untuk kegiatan
eksperimen.
REFERENSI
:
Teknologi
ADSL
Ibnu
Gangga Setiawan Pambudi
Jurusan
Teknik Informatika 2012
Institut
Teknologi Indonesia
Email :Ibnugangga@gmail.com
Abstrak
Sebagai
mahasiswa atau mahasiswi jurusan Teknik Informatika, sangat dibutuhkan
pemahaman mengenai pengetahuan tentang ADSL ( Asymetric
Digital Subscriber Line ). Paper ini membahas mengenai Teknologi
ADSL.
Pendahuluan
Dalam
mengakses data di internet, sebuah perangkat maupun kabel telepon pasti
memiliki kecepatan yang memungkinkan si pengguna untuk menerima dan mengirim
data melalui computer. Untuk menambah kecepatan akses data mengguakan sebuah
teknologi salah satunya adalah ADSL
ADSL
ADSL atau Asymetric Digital
Subscriber Line adalah teknologi yang mempunyai kecepatan data yang
berbeda untuk kirim (upstream) dan terima 25 (downstream). Kecepatan
upstreamnya berkisar antara 16 kbps hingga 640 kbps, sedangkan kecepatan
downstreamnya antara 1,544 Mbps hingga lebih dari 7 Mbps.
Kelebihan ADSL dibanding yang lain adalah kecepatannya yang tertinggi
dengan jarak yang memadai dan bisa mendukung layanan komunikasi suara. Kedua
layanan komunikasi data dan suara diberikan melalui dua kanal yang terpisah,
tetapi tetap satu kabel yang sama.
Karenanya ADSL sangat ideal untuk layanan internet/intranet, video on
demand dan remote LAN access. Karena berbagai kelebihan yang dimiliki oleh
teknologi ADSL, maka teknologi ini berkembang sangat cepat. Pengiriman data
melalui ADSL dilakukan dengan beberapa tahap.:
·
Modem memodulasi dan
mengkodekan (encode) data digital dari PC dan kemudian digabungkan
dengan sinyal telepon untuk dikirimkan ke kantor telepon. Sinyal telepon
dipisahkan dari sinyal digital ADSL untuk kemudian dimodulasikan dan di encode.
Melalui Jaringan komunikasi data, sinyal ini dikirimkan ke pihak yang dituju,
seperti ISP atau kantor lain. jaringan data yang digunakan ini tergantung dari
penyelenggara jasa ADSL, bisa frame relay atau ATM (Asynchronous Transfer
Mode).
·
Sementara sinyal digital
dari ISP atau jaringan perusahaan lain dimodulasi dan di encode menjadi sinyal
ADSL dikantor telepon, modem menggabungkannya dengan sinyal telepon sebelum
dikirimkan ke pelanggan, perangkat pemisah (splitter) memisahkan sinyal
telepon dari sinyal digital. Sinyal digital dimodulasi dan di encode kemudian
dikirimkan ke PC. ADSL menggunakan teknologi pengolahan sinyal digital yang
begitu canggih serta menggunakan algoritma yang 26 mampu menciptakan penyaluran
data pada kecepatan sangat tinggi melalui kabel tembaga biasa. Terdapat dua
teknik modulasi berbeda yang diterapkan pada ADSL, yaitu :
a. Menerapkan teknik modulasi CAP (Carierless
Amplitude and Phase) CAP menggabungkan sinyal data upstream dan downstream,
kemudian memisahkannya pada modem penerima dengan teknik echo cancellation.
b. DMT (Discrete Multitone).
Memisahkan sinyal upstream dari sinyal downstream dengan pita pembawa (carrier
band) yang terpisah. Kedepan, produk-produk ADSL akan menggunakan teknik
modulasi DMT. Dengan teknik ini memungkinkan ADSL menjadi rate adaptive (kecepatan
transmisi dapat berubah relatif mengikuti performansi jaringan kabel tembaga
yang digunakan sebagai media transmisi) dan memungkinkan proses inisialisasi
jaringan untuk menentukan sampai pada tingkat kecepatan berapa jaringan tembaga
dapat mentransmisikan data dengan aman.
Dua teknik diatas memberi keuntungan
dimana sistem lebih tahan terhadap derau/noise atau interferensi. Sirkit ADSL
akan saling menghubungkan tiap ujung dari modem ADSL pada saluran telepon biasa
(kabel tembaga) dan membuat tiga kanal informasi.
Banyak aplikasi akan
mendapatkan manfaat dari keunggulan ADSL terutama dalam digital compressed
video. Sebagai sinyal real time, sinyal video digital tidak dapat menggunakan
prosedur error control pada level link atau network yang biasanya dipakai dalam
sistem komunikasi data yang umum. Sedangkan modem ADSL mampu memberikan forward
error correction yang secara dramatis mampu mengurangi error yang diakibatkan
oleh impulse noise. Error yang berbasiskan simbol demi simbol juga akan banyak mengurangi
kesalahan yang ditimbulkan oleh continuous noise yang terjadi pada saluran.
REFERENSI :
Demilitarized
Zone
Ibnu
Gangga Setiawan Pambudi
Jurusan
Teknik Informatika 2012
Institut
Teknologi Indonesia
Email :
Ibnugangga@gmail.com
Abstrak
DMZ adalah suatu “sacrificial lamb” bagi hackers yang digunakan untuk melindungi
system internal yang berhubungan dengan serangan hack (hack attack). DMZ
bekerja pada seluruh dasar pelayanan jaringan yang membutuhkan akses terhadap
jaringan “dunia luar” ke bagian jaringan yang lainnya. Dengan begitu, seluruh “open port” yang berhubungan dengan dunia
luar akan berada pada jaringan, sehingga jika seorang hacker melakukan serangan dan melakukan crack pada server yang
menggunakan sistem DMZ, hacker tersebut
hanya akan dapat mengakses hostnya
saja, tidak pada jaringan internal.
Pendahuluan
Dalam jaringan komputer
pun memiliki system keamanan yang untuk melindungi akses terhadap jaringan dari
para hackers yang disebut DMZ.
De-Militarised Zone(DMZ)
merupakan mekanisme untuk melindungi sistem internal dari serangan hacker atau
pihak-pihak lain yang ingin memasuki sistem tanpa mempunyai hak akses. Sehingga
karena DMZ dapat diakses oleh pengguna yang tidak mempunyai hak, maka DMZ tidak
mengandung rule.
Secara esensial, DMZ
melakukan perpindahan semua layanan suatu jaringan ke jaringan lain yang
berbeda. DMZ terdiri dari semua port terbuka, yang dapat dilihat oleh pihak
luar. Sehingga jika hacker menyerang dan melakukan cracking pada server yang
mempunyai DMZ, maka hacker tersebut hanya dapat mengakses host yang berada pada
DMZ, tidak pada jaringan internal.
Misalnya jika seorang
pengguna bekerja di atas server FTP pada jaringan terbuka untuk melakukan akses
publik seperti akses internet, maka hacker dapat melakukan cracking pada server
FTP dengan memanfaatkan layanan Network Interconnection System (NIS), dan Network File System(NFS).
Sehingga hacker tersebut dapat mengakses seluruh sumber daya jaringan, atau
jika tidak, akses jaringan dapat dilakukan dengan sedikit upaya, yaitu dengan
menangkap paket yang beredar di jaringan, atau dengan metoda yang lain.
Namun dengan menggunakan
lokasi server FTP yang berbeda, maka hacker hanya dapat mengakses DMZ tanpa
mempengaruhi sumber daya jaringan yang lain. Selain itu dengan melakukan
pemotongan jalur komunikasi pada jaringan internal, trojan dan sejenisnya tidak
dapat lagi memasuki jaringan.
REFERENSI :
1. Spitzner, Lance, A Passive Approach to Your Network
Security, “The Secrets of Snoop”
2. Intrusion Detection within a Secured Network, Secure
System Administrating Research, 1999
3. Marek, Building Secure Network with DMZ’s, 2002
4. Zuliansyah, Mochammad,
Teknik Pemrograman Network Interface Card pada Protokol TCP/IP, ITB,
2002
Delay,
Jitter, dan Troughput
Ibnu
Gangga Setiawan Pambudi
Jurusan
Teknik Informatika 2012
Institut
Teknologi Indonesia
Email : Ibnugangga@gmail.com
Delay
Delay
adalah tenggang waktu yang dibutuhkan mulai mengirim data sampai dengan data
diterima. Sama halnya dengan karakteristik realibility, program aplikasi
mentoleransi delay berbeda-beda. Untuk proses login, saluran telepon,
konferensi suara dan konferensi video membutuhkan delay yang minimum
dibandingkan proses pengiriman data atau email.
Jitter
Jitter didefinisikan sebagai variasi delay dari sebuah paket yang berasal
dari aliran data yang sama. Jitter yang
tinggi artinya perbedaan waktu delaynya
besar, sedangkan jitter yang
rendah artinya perbedaan waktu delaynya
kecil. Untuk plikasi audio dan video membutuhkan jitter yang rendah untuk tiap paketnya. Jika jitter tinggi maka perlakuan tambahan
diperlukan pada saat menerima data.
Troughput
Throughput adalah bandwidth aktual yang
terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu hari menggunakan rute
internet yang spesifik ketika sedang mendownload suatu file. Bandwidth adalah jumlah
bit yang dapat dikirimkan dalam satu detik, throughput lebih pada menggambarkan
bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu waktu tertentu dan pada kondisi
dan jaringan internet tertentu yang digunakan untuk mendownload suatu file
dengan ukuran tertentu.
Beberapa faktor yang menentukan
bandwidth dan throughput adalah:
1.
Piranti jaringan
2.
Tipe data yang ditransfer
3.
Topologi jaringan
4.
Banyaknya pengguna jaringan
5.
Spesifikasi komputer client/user
6.
Spesifikasi komputer server
7.
Induksi listrik dan cuaca
8.
Dan alasan-alasan lain.
REFERENSI :
1. Forouzan A. Behrouz, “Data Communication and
Networking Fourth Edition” McGraw-Hill, 2007.
2. Y. Yorozu, M. Hirano, K. Oka, and Y. Tagawa, “Electron
spectroscopy studies on magneto-optical media and plastic substrate interface,”
IEEE Transl. J. Magn. Japan, vol. 2, pp. 740–741, August 1987 [Digests 9th
Annual Conf. Magnetics Japan, p. 301, 1982].
0 komentar:
Posting Komentar